
Sebelum Islam masuk ke Indonesla, masyarakatnya sudah menganut berbagai macam kepercayaan, seperti animisme dan dinamisme. Kepercayaan itu sangat dipegang erat oleh masyarakat Indonesia saat itu. Bahkan pada abad 7-12 Masehi di beberapa wilayah kepulauan Indonesla telah berdiri kerajaan-korajaan Hindu dan Buddha. Berkaitan dengan masuknya Islam di wilayah ini, para pakar sejarah berbeda pendapat mengenal sejarah masuknya Islam ke Nusantara.
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang menjadi pintu masuk Islam adalah pantai Sumatra bagian utara. Berawal dari daerah itulah Islam menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu wilayah-wllayah Pulau Sumatra (selain pantai Sumatra bagian utara), Pulau Jawa,Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku dan sekitarnya, dalam kurun waktu yang berboda-beda. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan Islam mudah diterima oleh penduduk kawasan Nusantara dan menjadikannya berkembang sangat cepat.
1. Agama Islam yang menyebar di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia dan dalam penyebarannya tidak dilakukan dengan kekerasan.
2. Syarat-syarat masuk agama Islam sangat mudah. Seseorang dianggap telah beragama Islam jika la telah mengucapkan dua kalimat syahadat.
3. Ajaran Islam tidak mengenal kasta-kasta dan menganggap semua manusia mempunyai kedudukan yang sama.
4. Runtuhnya Kerajaan Majapahit (Kerajaan Hindu terbesar se-Asia Tenggara) menjadikan para pendakwah mudah dan lancar dalam menyebarkan agama Islam.
Berkaitan dengan sejarah perkembangan Islam di Nusantara, terdapat beberapa teori yang membahas tontang hal tersebut yang pada dasarnya masing-masing memiliki kelemahan dan keleblhan.Secara lebih rinci toori-teori tersebut sebagai berikut.
1. Teori Mekah
Menurut teori Mekah, proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Terjadi pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 Masehi. Para pedagang dari Timur Tengah memiliki misi dagang dan dakwah sekaligus. Bahkan motivasi dakwah menjadi pendorong utama mereka datang ke Nusantara. Orang-orang Arab yang datang adalah keturunan Nabi Muhammad saw. yang menggunakan gelar "sayid" atau "syarif di depan namanya. Menurut para ahli sejarah, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum Masehi.
Rute pelayaran yang digunakan untuk penyebaran Islam ke Indonesia dari Arab adalah sebagal berikut.
a. Rute Selatan : Arab (Mekah dan Madinah)-Yaman-Gujarat-Sri Lanka-Indonesia.
b. Rute Utara : Arab (Mokah dan Madinah)-Damaskus-Bagdad-Gujarat (Pantai Barat India)-Sri Lanka-Indonesia.
2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam di Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat adalah sebuah wilayah di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Menurut teori ini, orang-orang Arab bermazhab Syafi'i telah bermukim di Gujarat dan Malebar sejak awal Hijriah (abad ke-7 Masehi). Narnun yang menyebarkan Islam ke Indonesia bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke Nusantara. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding para pedagang Arab.
3.Teori Persia
Teori Persia menyebutkan bahwa proses kedatangan Islam di Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (sekarang Iran). Sebagai buktinya terdapat beberapa kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia seperti peringatan 10 Muharram atau Asyura dan ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tokoh ulama dari Persia di tahun 1419 di Gresik.
4.Teori Tiongkok
Menurut teori Tiongkok, proses kedatangan Islam ke Indonesia khususnya di tanah Jawa berasal dari para pedagang Tiongkok. Mereka telah berhubungan dagang dengan penduduk Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia, yakni sejak masa Hindu-Buddha. Ajaran Islam sendiri telah sampai di Tiongkok pada abad ke-7 M. Pada masa Dinasti Tang (618-960 M) di daerah Quanzhou,Kanton, Zhang-zhao, dan pesisir Tiongkok selatan, telah terdapat sejumlah permukiman Islam. Sebagai pembuktian teori Tiongkok, yaitu raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Tiongkok. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Tlongkok bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam).Bukti lainnya adalah adanya masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tionghoa atau Tiongkok di berbagai tempat di Pulau Jawa. Pelabuhan penting seperti di Gresik, misalnya,menurut catatan-catatan Tiongkok, diduduki pertama kali oleh para pelaut dan pedagang Tiongkok.
B. Jalur Penyebaran Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia secara periodik, sehingga dalam penyebarannya terdapat berbagai strategi dan media yang digunakan oleh para pendakwah, yaitu pedagang dan mubalig dalam penyebaran Islam di Indonesia. Adapun jalur penyebaran Islam di Indonesia sebagai berikut.
1. Perdagangan
Pada tahap awal, saluran atau sarana yang digunakan dalam proses islamisasi di Indonesia adalah jalur perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Aktivitas perdagangan ini
banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India, Tiongkok,dan sebagainya. Mereka turut ambil bagian dalam perdagangan di negeri-negeri bagian barat, tenggara, dan timur Benua Asia.
Saluran islamisasi melalui jalur perdagangan ini sangat menguntungkan, karena para raja dan bangsawan turut serta dalam aktivitas perdagangan tersebut. Bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham perdagangan. Hubungan perdagangan ini dimanfaatkan oleh para pedagang muslim sebagai sarana atau media dakwah. Sebab, dalam Islam setiap muslim memiliki kewajiban untuk menyebarkan ajaran Islam kepada siapa saja tanpa paksaan.
2.Pernikahan
Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama para perempuan tertarik untuk menjadi istri-istri para saudagar muslim.Hanya saja ada ketentuan hukum Islam, bahwa para perempuan yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih dahulu. Para perempuan dan keluarga mereka tidak merasa keberatan,karena proses pengislaman hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya.
Setelah itu, mereka menjadi komunitas muslim di lingkungannya sendiri. Keislaman mereka menempatkan diri dan keluarganya berada dalam status sosial dan ekonomi cukup tinggi. Sebab,mereka menjadi muslim Indonesia yang kaya dan berstatus sosial terhormat.Kemudian setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya muncul kampung-kampung dan pusat-pusat kekuasaan Islam. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula para perempuan muslim yang dinikahi oleh keturunan bangsawan lokal.Hanya saja, anak-anak para bangsawan tersebut harus diislamkan terlebih dahulu. Dengan demikian, mereka menjadi keluarga muslim dengan status sosial ekonomi dan posisi politik penting di masyarakat.
3. Pendidikan
Proses islamisasi di Indonesia juga ditempuh melalui sarana pendidikan. Para ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada lembaga inilah,para ulama memberikan pengajaran ilmu keislaman melalui berbagai pendekatan sampai kemudian para santri mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka dianggap mampu, mereka kembali ke kampung halaman untuk mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun mutunya.
4. Kesenian
Jalur kesenian dianggap media paling efektif untuk menyiarkan agama Islam di Indonesia. Cara ini paling terkenal di daerah Jawa. Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui pertunjukan wayang. diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah atau materi dalam setiap pertunjukan yang dilakukannya. Sunan Kalijaga hanya meminta kepada para penonton untuk mengikutinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih diambil dari cerita Ramayana dan Mahabharata, tetapi muatannya berisi ajaran Islam dan nama-nama tokoh yang islami. Selain wayang, media yang dipergunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia adalah seni bangunan, seni pahat atau seni ukir, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Di antara bukti yang dihasilkan dari pengembangan Islam awal adalah seni bangunan Masjid Agung Demak,Masjid Agung Kasepuhan Cirebon,Masjid Agung Banten,dan sebagainya.
5.Tasawuf
Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses islamisasi di Indonesia adalah tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran Ini adalah akomodasl terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran tersebut. Pada umumnya, para pengajar tasawuf atau para sufi adalah guru-guru pengembara, dengan sukarela mereka menghayati kemiskinan. Selain itu, mereka juga sering berhubungan dengan perdagangan, maupun mengajarkan teosofi yang telah bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal magis, dan memiliki kekuatan penyembuhan. Di antara mereka ada juga yang menikahi gadis-gadis para bangsawan setempat.
6.Politik
Di Maluku dan Sulawesl Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di wllayah tersebut. Jalur politik juga ditempuh ketika kerajaan Islam menaklukkan kerajaan non-lslam,baik di Sumatra, Jawa, maupun Indonesia bagian timur.
C. Perkembangan Dakwah Islam di Indonesia
Perkembangan dakwah Islam di Indonesia dapat diketahui melalui perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam dl Indonesla. Sebab dengan munculnya kerajaan Islam, maka secara tidak langsung rakyat yang dinaungi kerajaan tersebu akan mengenal dan ikut memeluk Islam.Berikut pembahasan tentang perkembangan dakwah Islam di wilayah-wllayah Nusantara.
1. Pulau Sumatra
Daerah-daerah di Nusantara yang pertama kali dimasuki Islam adalah pantai barat Pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh Utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama, yaitu Kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai. Hal ini dikarenakan wilayah Sumatra bagian utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke Tiongkok.
Menurut keterangan Prof. Ali Hasjmy seorang tokoh dari Aceh dalam makalah pada seminar “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh" yang diselenggarakan pada tahun 1978 disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah Kerajaan Perlak. Namun sebagian ahli sejarah lain telah sepakat, bahwa Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik al-Saleh (memerintah dari tahun 1261-1297 M). Sultan Malik al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah menikahi putri Raja Perlak kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan utusan Syarif Mekah yang kemudian memberi gelar Sultan Malik al-Saleh. Samudra Pasai semakin berkembang dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.Hubungannya dengan Pelabuhan Malaka yang waktu itu sudah menjadi kerajaan kecll semakin ramai, sehingga di tempat itu pun sejak abad ke-14 Masehi telah tumbuh dan berkembang masyarakat Islam. Seiring dengan kemajuan Kerajaan Samudra Pasai yang sangat pesat,pengembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para ulama dan mubalignya menyebar ke seluruh Nusantara, ke pedalaman Sumatra, 'pesisir barat dan utara Jawa,Kalimantan, Sulawesl, Ternate, Tidore, dan pulau-pulau lain di Kepulauan Maluku.
Kerajaan Samudra Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah pimpinan Panglima Gajah Mada, tetapi bisa dihalau. Inl menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh di kala itu. Baru pada tahun 1521 ditaklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun. Selanjutnya Kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh Kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan Kabupaten Aceh Besar). Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya Kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. Di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan: Ibrahim Kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan Ini mencapal puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607-1636 M).
Kerajaan Aceh mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para dai, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara Kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak yang hendak mendalami Islam, datang langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah.Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke-16. Bahkan pada tahun 974 H atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari Kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di Bandar Pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur Tengah pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.
2.Pulau Jawa
Penemuan nisan makam Fatimah binti Maimun di daerah Leran, Gresik yang wafat tahun 1101 M dapat dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke-13 M hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi. Misalnya penemuan kuburan Islam di Troloyo, Trowulan, dan Gresik, juga berita Ma Huan (1416 M) yang menceritakan tentang adanya orang-orang Islam yang bertempat tinggal di Gresik. Hal ini membuktikan bahwa pada masa itu telah terjadi proses penyebaran agama Islam, mulai dari daerah pesisir dan kota-kota pelabuhan sampai ke pedalaman dan pusat Kerajaan Majapahit. Adanya proses penyebaran Islam di Kerajaan Majapahit terbukti dengan ditemukannya nisan makam muslim di Trowulan yang letaknya berdekatan dengan kompleks makam para bangsawan Majapahit.
Pertumbuhan masyarakat muslim di sekitar Majapahit sangat erat kaitannya dengan perkembangan hubungan pelayaran dan perdaganganyang dilakukan orang-orang Islam yang telah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di Kerajaan Samudra Pasai dan Malaka.Untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para ulama dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga (sembilan wali).Adapun Wali Sanga tersebut, sebagai berikut:
a. Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
b. Raden Rahmat (Sunan Ampel)
c. Raden Aniul Yaqin atau Raden Paku (Sunan Giri)
d. Makhdum Ibrahim(Sunan Bonang)
e. Raden Syahid (Sunan Kalijaga)
f. Raden Qasim/Raden Syarifudin (Sunan Drajat)
g. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
h. Ja'far Shadiq (Sunan Kudus)
i. Raden Umar Said (Sunan Muria)
Di paruh awal abad 16 M, Pulau Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tenteram dan damai dalam ayoman Kesultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah atau Raden Patah. Salokantara dan Jugul Muda adalah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syariat Islam, di hadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah Swt.di dunia.
Dalam versi lain dewan Wali Sanga dibentuk sekitar 1474 M oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat), Usman Haji (ayah Sunan Kudus), Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah,dan Raden Mahmud. Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai mubalig keliling. Di samping wali-wali tersebut, masih banyak ulama yang dakwahnya satu koordinasi dengan Sunan Ampel, hanya saja sembilan tokoh Wali Sanga yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.
3. Pulau Sulawesi
Pada abad ke-15,Pulau Sulawesi sudah didatangi oleh para pedagang muslim dari Sumatra, Malaka, dan Jawa. Di Sulawesi terdapat kerajaan-kerajaan yang besar dan terkenal,yaitu Kerajaan Gowa Tallo,Bone, Wajo, dan Sopang. Letak Gowa Tallo berada di Kota Makassar, maka Gowa Tallo disebut juga Kerajaan Makassar yang istananya terletak di Sumba Opu.
Pada tahun 1562-1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, Kerajaan Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Mar Mandar, dan Luwu. Pada masa itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat muslim dalam jumlah yang cukup besar. Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam menjadi lebih intensif dan mendapat kemajuan yang pesat. Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin. Beliau menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Ternate,bahkan secara pribadi beliau bersahabat baik dengan Sultan Baabullah dari Ternate.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan kekuasaan-nya.Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukkan dan diislamkan. Demikian juga Bone,berhasil ditaklukkan pada tahun 1611 M. Sejak saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Para pedagang dari barat yang hendak ke Maluku singgah di Gowa untuk mengisi perbekalan,bahkan kemudian rempah-rempah dari Maluku dapat diperoleh di sana,terkadang dengan harga yang lebih murah daripada di Maluku. Gowa menjadi pelabuhan dagang yang luar biasa ramai, sehingga sering disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan mancanegara. Hal ini tentu saja mendatangkan keuntungan yang sangat besar,ditambah lagi persembahan dan upeti dari daerah-daerah taklukannya,sehingga Kerajaan Gowa pun menjadi kerajaan yang kaya raya dan disegani pada masanya.
4. Pulau Maluku dan Sekitarnya
Islam telah masuk dan berkembang di Maluku antara tahun 1400-1500 M (abad ke-15),dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka, dan Jawa. Mereka yang sudah beragama Islam banyak yang pergi ke pesantren di Jawa Timur untuk mempelajari Islam.Adapun raja-raja dari kerajaan di Maluku yang masuk Islam sebagai berikut.
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di Kepulauan Maluku, Papua, bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin pada tahun 1520.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Papua yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang, dan para mubalig yang juga berasal dari Maluku. Daerah-daerah di Papua yang dimasuki Islam adalah Miso, Jalawati, Pulau Waigeo,dan Pulau Gebe.
5. Pulau Kalimantan
Pulau Kalimantan yang letaknya lebih dekat dengan Pulau Sumatra dan Jawa ternyata menerima kedatangan Islam lebih belakangan dibanding Sulawesi dan Maluku. Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat kerajaan-kerajaan Hindu yang berpusat di Negara Dipa, Daha, dan Kahuri yang terletak di hulu Sungai Nagara dan Amuntai Kimi.Kerajaan-kerajaan ini sudah menjalin hubungan dengan Majapahit, bahkan salah seorang Raja Majapahit menikah dengan Putri Tanjung Buih. Hal tersebut tercatat dalam kitab negara kertagama karya Empu Prapanca.
Menjelang kedatangan Islam, Kerajaan Daha diperintah oleh Maha Raja Sukarama.Setelah beliau meninggal digantikan oleh PangeranTumenggung. Hal ini menimbulkan kemelut keluarga, karena Pangeran Samudra (cucu Maha Raja Sukarama) merasa lbih berhak atas tahta kerajaan.
Akhirnya Pangeran Samudra dinobatkan menjadi Raja Banjar oleh para pengikut setianya, yang membawahi daerah Masik, Balit, Muhur, Kuwin, dan Balitung yang terletak di hilir Sungai Nagara. Berdasarkan hikayat Banjar, Pangeran Samudra meminta bantuan Kerajaan Demak untuk memerangi Kerajaan Daha, dengan perjanjian apabila Kerajaan Daha dapat dikalahkan maka Pangeran Samudra beserta rakyatnya bersedia masuk Islam.Temyata berkat bantuan tentara Demak, Pangeran Tumenggung dari Kerajaan Daha dapat ditundukkan sesuai dengan perjanjian, akhirnya Raja Banjar, Pangeran Samudra beserta rakyatnya masuk Islam dan ia bergelar Sultan Suryamuilah. Menurut A.A. Cense sejarawan berkebangsaan Belanda dalam bukunya, De Kroniek van Banjarmasin 1928, peristiwa itu terjadi pada tahun 1550 M.
Sultan Suryamuilah memindahkan ibu kota kerajaannya dari Mara Bahan ke Banjarmasin,yang letaknya lebih strategis, sehingga mudah disinggahi kapal-kapal yang berukuran lebih besar.Pada masa itu Sultan Suryamuilah berhasil menaklukkan daerah Sambas, Batanghari,Sukadana,Kotawaringin, Pambuang, Sampit,Mendawai,Sabangan, dan sekitamya.
Hampir bersamaan waktunya, daerah Kalimantan Timur telah pula didatangi oleh orang-orang Islam. Berdasarkan hikayat Kutai, pada masa pemerintahan Raja Mahkota, datanglah dua orang ulama besar bernama Dato Ribandang dan Tuanku Tunggang Parangan.Kedua ulama itu datang ke Kutai setelah orang-orang Makassar masuk Islam. Dato Ribandang kemudian kembali ke Makassar,sedangkan Tuanku Tunggang Parangan menetap di Kutai.Raja Mahkota kemudian masuk Islam setelah merasa kalah dalam ilmu kesaktian.
D. Gerakan-Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia
1. Gerakan Pendidikan dan Sosial
Kaum pembaru memandang, betapa pentingnya pendidikan dalam membina dan membangun generasi muda. Mereka memperkenalkan sistem pendidikan sekolah dengan kurikulum modern untuk mengganti sistem pendidikan Islam tradisional seperti pesantren dan surau. Melalui pendidikan, pola pikir masyarakat dapat diubah secara bertahap. Oleh sebab itu, mereka mendirikan lembaga pendidikan dan mengembangkan organisasi sosial kemasyarakatan.
a. Sekolah Tawalib
Sekolah Tawalib berasal dari surau Jembatan Besi yang terletak di kawasan Padang Panjang. Surau berarti langgar atau masjid. Lembaga pendidikan surau berarti pengajian di masjid, mirip dengan pesantren di Jawa. Syekh Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada tahun 1906 telah merintis perubahan sistem surau menjadi sistem sekolah. Pada tahun 1919 Haji Jalaluddin Thaib menerapkan sistem kelas dengan lebih sempurna. Beliau mengharuskan pemakaian bangku dan meja kurikulum yang lebih baik, dan kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah. Selain itu, kepada para pelajar pun diperkenalkan koperasi pelajar guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
b. Jamiat Khair
Organisasi Jamiat Khair didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada tanggal 17 Juli 1905. Di antara pendirinya adalah Sayid Muhammad al-Fachir bin Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Semuanya termasuk golongan sayid, yaitu kaum ningrat atau bangsawan Arab. Ada dua program yang diperhatikan Jamiat Khair, yaitu mendirikan dan membina sekolah dasar, serta menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti pendidikan di Turki.Jamiat Khair tidak hanya menerima murid keturunan Arab, tetapi juga untuk umum.
c.Al-Irsyad
Syeikh Ahmad Surkati adalah seorang Arab keturunan Sudan yang mengembuskan semangat pembaruan dan persamaan dalam tubuh al-Irsyad. Organisasi sosial ini didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Al-Irsyad memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan. Sekolah al-Irsyad banyak jenisnya. Ada sekolah tingkat dasar, sekolah guru dan program takhassus untuk memperdalam agama dan bahasa asing. Cabang-cabang al-lrsyad dibuka di Cirebon,Pekalongan, Bumiayu, Tegal, Surabaya, dan Lawang.Aktivitas organisasi ini lebih dinamis daripada Jamiat Khair, walaupun keduanya sama-sama didirikan oleh masyarakat Arab. Jika Jamiat Khair dikuasai oleh golongan sayid atau ningrat maka al-Irsyad sebaliknya, kelompok ini menolak adanya perbedaan atau diskriminasi antara kaum elite dengan golongan alit (kecil).
d. Persyarikatan Ulama Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Persyarikatan Ulama semula bernama Hayatul Qulub, didirikan di Majalengka, Jawa Barat, oleh K.H. Abdul Halim pada tahun 1911. Kiai Halim adalah alumni Timur Tengah.Beliau menyerap ide-ide pembaruan yang diembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afgani, dua tokoh pembaruan di Mesir. Hayatul Qulub memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sejak 1917 namanya diubah menjadi Persyarikatan Ulama.Perubahan nama ini memiliki dua tujuan, yaitu menyatukan para ulama dan mengajak mereka untuk menerapkan cara-cara modern dalam mengelola pendidikan.
e.Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Organisasi ini sangat menekankan keseimbangan antara pendidikan agama dan pendidikan umum, serta pendidikan keterampilan. Kegiatan Muhammadiyah dipusatkan dalam bidang pendidikan, dakwah, dan amal sosial. Muhammadiyah mendirikan berbagai sekolah Islam dengan corak pendidikan model Belanda, baik dalam metode pendidikan, jenjang, maupun kurikulumnya. Oleh karena itu, para alumni lembaga pendidikan Muhammadiyah diharapkan memiliki akidah Islam yang kuat, sekaligus memiliki keahlian untuk hidup di zaman modern. Muhammadiyah merupakan ormas Islam besar yang memiliki satuan-satuan pendidikan dari taman kanak-kanak hingga program pascasarjana.
f. Nahdlatul Ulama
Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham Kitab l'tiqad Ahlussunnah wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan utama didirikannya Nahdlatul Ulama di antaranya adalah memelihara,melestarikan, mengembangkan, dan mengamalkan ajaran Islam ahlusunnah wal-jamaah dengan mengikuti pola mazhab empat: Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali serta mempersatukan langkah-langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat serta martabat manusia.
2. Gerakan Politik
Islam tidak dapat menerima penjajahan dalam segala bentuk. Perjuangan umat Islam dalam mengusir penjajah sebelum abad dua puluh dilakukan dengan kekuatan senjata dan bersifat kedaerahan. Pada awal abad dua puluh perjuangan tersebut dilakukan dengan mendirikan organisasi modern yang bersifat nasional, baik ormas (organisasi sosial kemasyarakatan), maupun orsospol (organisasi sosial politik). Melalui pendidikan,ormas memperjuangkan kecerdasan bangsa agar sadar tentang hak dan kewajiban dalam memperjuangkan kemerdekaan.Dengan orsospol, kaum muslimin memperjuangkan kepentingan golongan Islam melalui saluran politik yang diakui pemerintah penjajah. Misalnya, berjuang melalui parlemen Belanda yang disebut Volksraad.
Di antara partai politik Islam yang tumbuh sebelum zaman kemerdekaan adalah Persaudaraan Muslimin Indonesia (Permi), Sarekat Islam (SI), dan Partai Islam Indonesia (PII), SI didirikan di Solo pada tanggal 11 November 1911 sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905. SI kemudian berubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII).Partai Islam Masyumi pada awal berdirinya merupakan satu-satunya partai politik Islam yang diharapkan dapat memperjuangkan kepentingan seluruh golongan umat Islam dalam negara modern yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.Masyumi merupakan partai federasi yang menampung semua golongan tradisional.
E. Hikmah Mempelajari Perkembangan Islam di Indonesia
Segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam semesta pasti memiliki hikmah di balik keberadaan maupun kejadian tersebut. Begitu juga dengan peristiwa sejarah, dengan adanya sejarah terdahulu umat yang hidup pada masa setelahnya seharusnya mampu mengambil dan memahami hikmah dari masa sebelumnya.
Adapun hikmah perkembangan Islam di Indonesia yang dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.Memberikan dorongan positif dalam menegakkan kebenaran.
2. Menumbuhkan sikap percaya diri dalam menyampaikan kebenaran.
3. Membangun dan menanamkan sikap konstruktif dan dinamis.
4. Menumbuhkan sikap tenggang rasa dan bijaksana.